Selama beberapa tahun terakhir, ekosistem startup telah berkembang pesat karena banyak perusahaan rintisan baru yang menawarkan solusi baru. Namun, beberapa startup tidak bertahan lama. Banyak bisnis rintisan gagal karena fenomena bubble startup. Ini terjadi ketika valuasi startup meningkat jauh melampaui nilai sebenarnya, menimbulkan ekspektasi tinggi yang sulit dipenuhi. Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan bubble startup, bagaimana bubble tersebut berkembang, dan bagaimana hal itu berdampak pada ekosistem bisnis.
Mengenal Bubble Startup
Bisnis startup sering mengalami “bubble”, yang berasal dari istilah “bubble burst”, yang berarti siklus ekonomi yang dimulai dengan kenaikan harga aset atau produk yang signifikan dalam waktu singkat tetapi diikuti oleh penurunan harga yang cepat. Penurunan harga yang cepat biasanya diikuti oleh kontraksi atau penurunan nilai yang cepat. Ini disebut gelembung ekonomi, dan terjadi kapan saja harga barang baik jauh di atas normal. Harga saham tinggi biasanya dikaitkan dengan startup karena valuasi investor atas setiap perusahaan.
Penyebab Banyaknya Startup Bubble
Penurunan pangsa pasar
Market share atau pangsa pasar dapat menurun karena produk Anda tidak dapat bersaing di pasaran. Hal ini dapat menyebabkan bisnis Anda mengalami kerugian karena tidak dapat menjual produknya dan investor tidak akan menyukainya.
Investor menjadi lebih selektif dalam mengeluarkan dana
Investor memiliki pengaruh. Semakin banyak startup baru bermunculan, investor menjadi lebih selektif dalam menginvestasikan uang mereka. Fenomena ini dapat memengaruhi upaya startup untuk mendapatkan dana tambahan, terutama jika mereka tidak berhasil. Para investor mungkin menganggap startup tersebut terlalu beresiko.
Mulai jenuhnya pasar
Setelah produk serupa terus-menerus digempur, pasar mungkin menjadi jenuh. Akibatnya, startup mungkin kesulitan menjual barang mereka. Selain itu, startup dapat dengan mudah kehilangan pelanggan karena persaingan pasar yang penuh dengan promosi dan diskon. Sementara itu, diskon terus-menerus dapat mengganggu keuangan dan keuntungan bisnis.
Tahapan Startup Bubble
- Displacement: Investor tertarik pada paradigma atau inovasi baru yang mungkin menarik di masa depan. Salah satu contohnya adalah dunia metaverse, yang telah muncul secara bertahap sebagai pengganti internet, yang didirikan pada tahun 1990-an.
- Booming: Setelah pergeseran, harga naik. Tahap booming atau meledak akan muncul setelah memperoleh perhatian pasar. Pada tahap ini, aset perusahaan akan menarik perhatian investor dan pelaku pasar.
- Euphoria: Jika terjadi kenaikan harga yang signifikan, tahap ini merupakan puncak kenikmatan startup. Para investor memberikan pendanaan yang besar tanpa mengetahui kapan mereka akan mendapatkan keuntungan. Namun, banyak investor saat ini berusaha untuk mendapatkan capital gain dari meningkatnya nilai investasi.
- Keuntungan: Investor yang cerdas tahu kapan bubble akan meledak, jadi mereka akan menjual aset mereka untuk mendapatkan keuntungan.
- Panik: Setelah bumble burst terjadi, perusahaan mulai panik. Investor harus menghadapi penurunan nilai aset kepemilikan karena harga aset, yang tadinya melonjak tinggi, akan menukik tajam atau turun. Dalam situasi seperti ini, para investor sangat terburu-buru untuk mencairkan aset mereka dengan harga berapa pun sebelum mengalami kerugian yang lebih buruk.
Dampak Startup Bubble
Masalah keuangan semakin meningkat
Salah satu konsekuensi utama dari fenomena bubble burst startup adalah munculnya masalah keuangan bagi perusahaan startup. Ini karena sulit untuk menjual produk dan mendapatkan dana dari investor, karena sebagian besar startup masih bergantung pada dana investor.
Pemutusan kontrak kerja
Pemutusan hubungan kerja adalah cara perusahaan menghemat uang. Ini adalah masalah umum bagi perusahaan startup di Indonesia. Keputusan ini diambil untuk mencegah perusahaan bangkrut karena perusahaan tidak dapat membayar gaji karyawannya jika pendapatannya rendah.
Dalam dunia bisnis, fenomena bubble startup memberikan pelajaran penting tentang pentingnya pertumbuhan yang berkelanjutan dan realistis. Pelaku bisnis dan investor dapat membuat pilihan yang lebih cerdas dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi keputusan mereka. Semoga artikel ini memberikan wawasan baru untuk menghindari jebakan bubble startup dan membangun ekosistem startup yang lebih sehat.