src="https://www.facebook.com/tr?id=622205649718480&ev=PageView&noscript=1"

Lewat bermain, kita memberikan anak kesempatan untuk mengasah kompetensinya sekaligus memperoleh keterampilan baru lainnya dalam suasana yang santai dan menyenangkan.

ada banyak pilihan aktivitas bermain secara virtual yang dijadikan pilihan bagi orang tua. Jangan memusingkan apa pilihan mainannya.

Hal ini menyebabkan keresahan pada orang tua untuk menghadirkan kegiatan yang menghibur sekaligus bermanfaat untuk tumbuh kembang anak

Bermain adalah dunia anak. Jadi jangan salahkan atau jangan larang bila aktivitas mereka yang tampak adalah bermain terus-menerus. Sebab, bermain bukan sekadar aktivitas yang menghibur bagi anak-anak, melainkan juga cara mereka untuk belajar banyak hal di dunia ini. Bahkan, saking pentingnya, bermain juga tak luput dari hak anak yang tertera dalam Konvensi Hak Anak PBB yang harus dipenuhi oleh orang tua.

Kata siapa bayi tidak bisa bermain? Cilukba adalah salah satu permainan yang paling disukai bayi. Di usia ini, orang tua bisa mengajak bayi bermain dengan merangsang inderanya. Misal, dengan memasang gantungan warna-warni yang bisa berbunyi di atas boks bayi. Mainan ini bisa merangsang indera penglihatan serta indera pendengaran bayi.

“Kalau sudah bisa duduk, kasih mainan yang bisa dia pencet. Misal komputer-komputeran yan bisa mengeluarkan bunyi berbeda-beda,” saran Susana. Atau Anda juga bisa memberinya soft book atau buku bertekstur yang juga mengeluarkan suara bila disentuh. Ini akan melatih indera peraba, penglihatan serta pendengarannya.

Menurut Susana, hingga usia dua tahun, permainan yang sangat baik untuk mengoptimalkan perkembangan anak adalah permainan sensori yang dilengkapi dengan stimulasi untuk motorik halus. Melanjutkan dari usia bayi, di usia ini anak bisa diajak bermain menggenggam berbagai tekstur yang berbeda, seperti pasir, tepung, dan beras. Perlahan, ajarkan mereka untuk mengganti menggenggam dengan mencubit atau menjumput atau menggunakan berbagai media seperti sendok. Anak-anak juga bisa diajak membuat air berwarna-warni.

Di usia ini, orang tua bisa memfasilitasi permainan yang mengasah motorik kasar atau kemampuan fisik anak-anak, misal melompat atau berlari. “Kasih mainan yang lebih challenging, misal sepeda roda tiga, atau main melempar bola,” ujar Susana.

3-4 Tahun Di usia ini, rentang perhatian anak-anak sudah meningkat. Mereka sudah bisa bertahan fokus menyelesaikan sesuatu sampai selesai.

>4 Tahun (Usia TK) Orang tua bisa mengajak anak bermain board game sederhana seperti ular tangga atau congklak.

Tak Harus Mahal Menurut Susana, tidak semua mainan anak harus mahal. Bahkan, juga tak harus beli. ”Anak saya main kardus bekas aja happy-nya bukan main,” ceritanya. Memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar kita untuk bermain juga bisa menjadi contoh kreativitas untuk anak.

15 Menit Sehari
Permainan semenarik apa pun atau semahal apa pun akan kurang bila orang tua tidak terlibat. Oleh karenanya, Susana menyarankan agar orang tua punya special time untuk menemani anak bermain. “Nggak perlu lama, komitmen 15 menit sehari, deh, di jam yang sama setiap hari,” sarannya. “Tapi, itu benar-benar jadi waktu buat anak. Gadget taruh dulu. Bermain bersama anak bisa menumbuhkan kedekatan,” tutupnya.

WeCreativez WhatsApp Support
CS kami siap membantu anda..